PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN AQIDAH PADA USIA DINI
PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN AQIDAH PADA USIA DINI
Pendidikan anak usia dini merupakan tanggung jawab orang tua, karena anak pada usia ini lebih banyak bergaul di dalam lingkungan keluarganya yang berfungsi sebagai pendidik yang menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaan.
Penanaman akidah keimanan di dalam Islam harus dilakukan sedini mungkin, pendekatan dan starateginya dapat melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penanaman Akidah Fase Alam Ruh
Ketika manusia hendak pindah hidup ke dunia, kepada mereka telah diberikan gambaran mengenai kondisi alam dunia dan kehidupan manusianya. Ada manusia yang masih mengakui Allah sebagai Tuhannya dan ada juga tidak mengakui-Nya. Sebelum ke dunia manusia telah melakukan kontrak ketuhanan, yaitu kesediaan menerima Allah sebagai Tuhan yang mesti ditaati di dunia. Hal ini disebabkan agar manusia tidak leluasa berbuat menurut hawa nafsu.[1]
2. Penanaman Akidah Pra Nikah
Di dalam Islam penanaman Akidah dilakukan sejak memilih jodoh, karenanya perlu kehati-hatian di dalam memilih jodoh karena sifat ayah dan ibu menurun pada diri anak, selain itu Nabi mengajarkan empat kriteria dalam menentukan jodoh, sebagaimana sabda beliau:
ﺗﻧﻜﺢﺍﻠﻣﺭﺃﺓﻷﺭﺑﻊﻠﻣﺎﻠﻬﺎﻮﻟﺣﺴﺑﻬﺎﻮﺟﻣﺎﻠﻬﺎﻮﻠﺪﻴﻨﻬﺎﻓﺎﻆﻔﺮﺑﺫﺍﺖﺍﻠﺪﻴﻦﺘﺮﺑﺖﻴﺪﺍﻙ
Artinya: “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya karena jika niscaya engkau akan beruntung (bahagia) (HR al-Bukhary).
Menurut Islam, seorang wanita muslimah tidak diperbolehkan untuk menikah dengan lelaki non muslim. Hikmah dari hukum ini adalah demi menjaga keselamatan anak-anak dan keluarga dari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk yang menyangkut kepercayaan (agama) dan perilaku, sebab istri dan anak akan sangat terpengaruh oleh kepercayaan dan perilaku ayah.
Islam juga melarang kita mengawinkan wanita anggota keluarga kita dengan seorang lelaki yang tidak taat beragama dan berprilaku tidak Islami demi menjaga wanita tersebut serta anak-anaknya kelak dari penyimpangan terhadap agama.
3. Penanaman Akidah Pra Natal
Selanjutnya tatkala anak berada di dalam kandungan, penanaman akidah keimanan masih harus dilakukan, pendidikan keimanan pada masa ini dilakukan oleh atau kepada ibunya. [2]
Perilaku dan tabiat seorang ibu yang sedang hamil berpengaruh kepada janin yang sedang berproses di dalam rahhimnya. Kebiasaan jelek seorang ibu ketika hamil memberikan sumbangan tabiat yang tidak baik terhadap bayi setelah ia lahir. Teori ini sering dibenarkan dalam dunia pendidikan dan diakui oleh umumnya masyarakat muslim.
Di masa ini seorang ibu yang sedang hamil harus menyadari bahwa dirinya aadalah guru yang paling awal dan paling menentukan dalam memberikan pendidikan kepada bayi yang dikandungnya.[3] untuk itu pendidikan yang dilakukan oleh orang tuanya terutama ibu dapat melalui metode pendidikan Islam, di antaranya sebagai berikut:
a. Metode Do’a
Do’a merupakan instrumen yang sangat ampuh untuk mengantarkan pada kesuksesan, hal ini karena segala sesuatu upaya pada akhirnya hanya Allah yang berhak menentukan hasilnya, berdo’a berarti senantiasa menumbuhkan semangat dan optimisme untuk meraih cita-cita dan pada saat bersamaan membuka pintu hati untuk menggantungkan sepenuh hati akan sebuah akhir yang baik di sisi Allah.
b. Metode Dzikir dan Ibadah
Ibu yang hamil dan semakin meningkatkan ibadahnya, maka sebenarnya ia telah membawa dan mengikutsertakan anaknya untuk beribadah, selain itu agar janinnya mendapat sinaran cahaya hidayah dari Allah SWT.
c. Metode Kasih Sayang
Dalam mendidik anak pra natal, suami harus lebih mengasihi dan menyayangi istri yang sedang mengandung supaya istri menjadi tenang dan keluarga juga tenteram. Hal ini akan memberikan rangsangan edukatif yang sangat positif bagi anak.
d. Metode Berlagu
Metode ini merupakan metode yang mantap untuk mendidik keimanan bagi anak pra natal. Tentu saja yang dilagukan adalah kata-kata yang baik.
4. Penanaman Akidah Pra Sekolah
Tatkala anak dilahirkan, maka hal-hal yang dilakukanoleh orangtua dalam penanaman akidah kepada anak adalah:
a. Mengadzankan di telinganya,hal ini selain mengingatkan kepada perjanjian Primordial, juga agar suara yang pertama didengar dan direkam di dalam memorinya tidak lain hanyalah kalimat Thayyibah.
حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ سُفْيَا نَ عَنْ عَـاصِـمِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي
رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّ أَذَّ نَ فِي أُذُ نِ الْحَسَنِ يَوْمَ وَلَدَ تْهُ بِا لصَّلَـَاةِ
Artinya: “Aku melihat Nabi SAW mengadzankan ditelinga Hasan pada hari ia dilahirkan dengan adzan shalat. (HR. Ahmad)
Di antara hikmah diadzankannya bayi yang baru lahir, adalah sebagai upaya untuk memperdengarkan kalimat tauhid di hari lahirnya.
b. Memotong Aqiqah, selain menunjukan rasa syukur kepada Allah, juga sebagai lambang pengorbanan dan kepedulian orang tua terhadap kelahirannya.
حَدَّ ثَنَا هِشَا مُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّ ثَنَا شُعَيْبُ بْنُ إِسْحَقَ حَدَّ ثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُ وبَةَ عَنْ قَتَا دَةَ عَنْ الْحَسَـنِ عَنْ سَمُرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ غُـلَـامٍ مُرْ تَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْ بَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَـمَّى
Artinya: Setiap anak tergadai oleh aqiqahnya yang disembelihkan pada hari ketujuh, lalu dicukur dan diberi nama. (HR. Ibn Majah)
c. Memberi nama yang baik, sebagai bentuk Tafa’ul terhadap harapan besar orang tua kepadanya.
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ قَالَ أَخْبَرَنَا ح و حَدَّ ثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّ ثَنَاهُشَيْمٌ عَنْ دَاوُ دَ بْنِ عَمْرٍو عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي زَكَرِيَّا عَنْ أَبِي الدَّ رْ دَاءِ قَالَ قَالَ رَسُو لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْ مَ الْقِيَا مَةِ بِأَ سْمَا ئِـكُمْ وَأَسْمَاءِآبا ئِـكُمْ فَأَ حْسِنُوا أَسْمَا ءَ كُمْ
Artinya : Sesungguhnya kalian dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama orangtua kalian maka perbaguslah nama kalian. (HR. Abu Daud)
Tatkala bayi lahir kemudian orangtuanya memberikan nama yang baik pada anaknya ini pun merupakan pendidikan keimanan. Nabi juga mengajarkan bahwa pendidikan yang berkenaan dengan keimanan pada dasarnya dilakukan oleh orang tua.
Di dalam melaksanakan pendidikan akidah ini perlu dihindari cara-cara yang bersifat paksaan dan ancaman yang merusak perasaan si anak, melemahnya kekuatan pikir anak dan membiasakannya mengikuti sesuatu tanpa memberikan kepuasan baginya. Untuk itu perlu formula yang tepat untuk penerapan pendidikan akidah ini pada anak usia dini, yaitu pembiasaan dan keteladanan.
Dalam taraf pembiasaan dan peneladanan aktivitas yang dilakukan adalah memberikan pengenalan secara umum dan pembiasaan untuk ingat bahwa Tuhan itu ada, seorang anak mengenal Tuhan dengan perantara apa yang dilihat dan didengar dari lingkungannya, ketika ia melihat dan mendengar lingkungan keluarganya banyak menyebut nama Tuhan, bercerita tentang Tuhan dan ciptaan-ciptaannya, ia akan tertarik dan rasa iman mulai tertanam dalam dirinya. Karena pada seperti ini apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga di rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan aqidahnya.
Orang tua adalah anutan anaknya, karenanya orang yang mula-muula dikagumi anak adalah orang tuanya. Untuk itu peneladanan sangatlah perlu. Ketika akan makan umpamanya anak diajarkan membaca basmalah bersama, tatkala shalat anak diajak untuk ikut serta walaupun belum mengetahui cara dan bacaannya, tatkala puasa anak diajak untuk makan malam sahur dan berbuka puasa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam memupuk dan mengembangkan potensi anak balita, yaitu:
1. Memberikan rangsangan pada seluruh indra;
2. Memberikan kebebasan pada anak untuk bergerak dengan aman;
3. Memberikan kesempatan untuk berbicara, bertanya, dan bercerita;
4. Memberikan contoh untuk ditiru;
5. Memberikan kesempatan bermain dengan memperhatikan unsur benda, alat, teman, dan ruangan untuk bermain;
6. Memberi keleluasaan bagi anak untuk mengenali obyek nyata misalnya pada usia tertentu orang tua dapat mengajarkan anak membedakan hewan yang bertelur dan beranak dengan mengajak mereka menyaksikan secara langsung; dan
7. Memberi kesempatan untuk mengamati, mengerti, menerapkan disiplin, nilai-nilai agama dan moral.[4]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pendidikan akidah anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan dan diterima oleh seorang anak dalam perjalanan hidupnya. Pendekatan dan strateginya dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan, antara lain:
1. Penanaman akidah pada fase ruh, yaitu penanaman akidah sebelum ia pindah ke dunia dengan adanya kontrak ketauhidan;
2. Penanaman akidah pada pra nikah yang sangat berperan adalah orang tua, karena apabila salah memilih calon pasangan untuk anak berakibat buruk untuk keluarganya nanti;
3. Penanaman akidah pada pra natal, sebelum manusia dilahirkan ke dunia akan mendapatkan pendidikan akidah melalui tabiat ibunya sendiri. Jadi baik dan buruk tabiat seorang ibu pada sedang hamil akan berpengaruh terhadap anak yang dikandungnya pada saat ia lahir nanti; dan
4. Penanaman akidah pada pra sekolah atau setelah anak lahir merupakan penanaman akidah secara langsung dalam betuk pembiasaan dan keteladanan.
DAFTAR ISI
Rironga, A. Rahman, Prof. Dr. H. 2005. AKIDAH. Surabaya : AMELIA.
Fuady, M. Noor, M. Ag, dan Ahmad Muradi, M. Ag. 2009. Pendidikan Aqida Berbasis Keluarga. Banjarmasin : ANTASARI PRESS.
Mansur, Dr. M. A. 2007. Pendidikan Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[1] A. Rahman Rironga, AKIDAH, (Surabaya : AMELIA, 2005), h. 9-11
[2] M. Noor Fuady dan Ahmad Muradi, Pendidikan Aqida Berbasis Keluarga, (Banjarmasin : ANTASARI PRESS, 2009), h. 78
[3] A. Rahman Rironga, op.cit., hal. 21
[4] M. Noor Fuady dan Ahmad Muradi, op.cit., hal. 79-84
ARTIKEL TERKAIT:
Post a Comment
Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D
NB: No Porn, No Sara', No women, No cry