Nabila. Itu nama keponakan saya satu-satunya. Baru 4 tahun. Masih TK. Tapi, walau masih TK, ada hal yang dia punya lebih dari aku, pamannya yang sudah semester akhir ini. Kemaren, pas pulang kerumah, ku dengar percakapan ibu ku dengannya. "Nabila nanti mau jadi apa?" Kata ibu. Dalam hatiku, ku berfikir, 'Paling-paling dia mau jadi polwan'. Maklum, kemaren waktu hari Kartini, dia katanya antusias bener pakai baju polwan. Tapi, tebakanku salah. "Pengen jadi dokter Nek". Simple, klise, cita-cita yang sudah sering ku dengar. Tapi, part inilah ku merasa dia jauh diatas ku. Ya, dia punya cita-cita. Walaupun kata orang cita-cita anak itu akan berubah seiring waktu, tapi tetap dia lebih dari aku hari itu.
Dari kecil aku belum punya cita-cita. Mau jadi apa, ntar gimana, kerja apa, belum ada. Pernah ditanya dulu, waktu SD, pas kelas 4, waktu itu kunjungan bupati di SD ku. Dia masuk kelas ku, kemudian nanya "Kamu cita-citanya apa?" Karena yang nanya bupati, ya ku jawab dengan nggak ikhlas "Mau jadi kayak bapak". Untung saat itu yang nanya bukan bidan, bukan polwan.:)
Kata orang hidup harus punya tujuan, jangan selalu ngikutin arus kaya air. Soalnya, air selalu mencari tempat paling rendah. Entah, salahnya dimana, salahnya siapa, tapi sampai akhir semester kuliah ini, aku belum tau sebenarnya aku ini mau jadi apa. Beban? Pasti. Teman-teman sudah ada yang berfikir jadi ini kalau lulus, lah aku, proposal skripsi pun belum satu hurup. Kalau difikir, hidup tanpa tujuan, tanpa cita-cita itu, buruk. Kaya kita ke negara orang, nggak tau mau ngapain, nggak tau tujuannya mau kemana, ujung-ujungnya terlantar. Begitu juga didunia ini.
Saran saya yang belum punya tujuan jelas ini, tetapkanlah tujuan kalian. Mau kedepan jadi apa, pikirkan. Biar ada GARIS yang kalian tuju. Tapi ingat pepatah, "Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang". Tapi, semua kembali ke kalian masing-masing. Toh tak punya tujuan pun berarti sudah punya tujuan. Yup, tujuannya yang tak punya tujuan.:p
Ps: Hidup itu jelas berat, kalau kita belum siap.:')