A.PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan filsafat menurut arti yang sebenarnya adalah cinta kebijaksanaan. Definisi ini berasal dari zaman Yunani kuno dan merupakan rangkaian dari dua pengertian, ialah: Philein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan.
Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karena jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu.
Pendidikan itu adalah suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen. Bagian-bagian initelah menjadi demikian bermacam ragam dan berspesialisasi, akan tetapi betapapun juga, tidak selalu mengambil tempat yang sama besarnya didalam segala arah dan segi pada waktu yang sama.
Metode pengajaran atau susunan kusikulum umpamanya, telah mengalami perbaikan jauh lebih banyak didalam beberapaperiode sejarah pendidikan daripada lain-lainnya. Barabgkali sekarang ini, sebagaimana tidak pada masa-masa sebelumnya, para siswa begitu tertarik dengan permasalahan-permasalahan yang secara terus-menerus(kakal) bersangkutan dengan filsafat.
Tentu perlu diragukan lagi, bahwa berbagi macam factor telah menimbulkan hasil penelitian yang demikian itu. Pendidikan memang suatu usaha yang sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banya dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para siswa dan anak didik.
Kalau teori pendidikan itu hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan. Teori pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsure filsafat.
Apabila kita menanyakan kurikulum apa yang dipergunakan atau yang akan dibuat guna mempersiapkan kesdaran masyarakat dan penyesuaian bagi si anak, berarti kita telah membuka suatudiskusi tentang teknologi pendidikan. Akan tetapi seandainya kita bertanya: Apakah mesti suatu kurikulum mempersiapkan kesadaran masyarakat dan penyesuaian diri bagi seorang siswa? Apakah itu tujuan baik? Selanjutnya apabila hal tersebut adalah tujuan baik, apakah semuanya akan menjadi sasaran kurikulum, atau apakah akan menjadi yang lain? Pertanyaan-pertanyaan ini akan segera mengajak kita buat memikirkan pendidikan secara fisiologis. Cepat sekali kita akan dibawa buat bertanya tentang alam manusia, susunak masyarakat, dunia physic, cara untuk tahu, hubungan antara pengetahuan dan tindakan, dan seterusnya.
Memamng ada resiko yang mungkin akan timbul dari setiap dua tendensi itu: teknologi-mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam didtem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil yang sukses, yang pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya, mungkin tersesat dalam abstraksi tinggi yang penuh dengan hal-hal umum yang nampaknya hebat dan penuh dengan debat yang tiada berkeputusan, akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.
Tidak ada satupun dari permasalahan kita yang mendesak dapat dipecahkan dengan cepat, atau dengan mengulang-ulang dengan gigih.kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdebatkan masalah ini, apabila mereka terus berfikir, yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akanyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar.
Kita tidak perlu mengambil contoh yang dramatis. Coba sajalah kita tanyakan kepada diri kita sendiri tentang nilai, arti dan tempat dari metode baru buat mempelajari matematika, yang berlawnan dengan cara lama, niscaya kita akan segera menyadari bahwa kita harus berbicara tentang hubungan antara manusia dengan alam, dan bahwa anda tidak dapat meninggalkan teori ilmu pengetahuan. Karena merasa ditantang oleh problema-problema pokok dalam pendidikan, maka hal itu bukanlah merupakan kesulitan yang harus dipikul oleh seorang guru professional.
Seandainya anda seorang guru profesional . seandainya anda seorang warga negara yang jujur, apakah anda dapat membuat suatu pernyataan tentang suatu kebutuhan kepada suatu disiplin itu diatas dunia ini, termasuk lembaga kemasyarakatan apakah sekolah itu, atau mengapa anda tertarik dengan masalah tersebut? Tentulah pernyataan diatas ini dapat anda jawab, akan tetapi apakah yang anda katakan itu nanti akan memperlihatkan semacam kematangan yang anda harapkan agar sekolah-sekolah kita berkembang kearah itu, dalam lingkungan generasi baru? Apakah anda pikirkan pula secara keseluruhan asumsi bagaimanakah yang telah anda buat tentang keadaan manusia-manusia muda, tentang sifat dari dunia dimana mereka itu hidup, tentang benda apa yang penting untuk diwariskan kepada mereka itu hidup, tentang benda apa yang penting untuk diwariskan kepada mereka, dan lain sebagainya.
Dalam beberapa hal, filsafat pendidikan itu dapat disingkat dalam bentuk formula. Dan formula itu kemudian dijadikan semacam semboyan atau slogan. Tapi kaang semboyan-semboyan itu sering pula disalah tafsirkan. Biasanya hali itu terjadi kalau kesalahan terjadi dalam bidang pendidikan, yang terlihat pada hasil dari pendidikan itu, yang didasarkan pada semboyan tersebut.