Dasar Psikologis Untuk Strategi Pendidikan Aqidah
Dasar Psikologis Untuk Strategi Pendidikan Aqidah
1. Pengertian Aqidah
Yang dimaksud dengan aqidah menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Akidah Islam (aqidah Islamiyah), karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental, karena seperti telah disebutkan di atas, menjadi asas sekaligus sangkutan atau gantungan segala sesuatu dalam Islam. Juga menjadi titik tolak kegiatan seorang muslim.
2. Cara Mengajarkan Aqidah
Si anak mulai mengenal Tuhan dan agama melalui orang-orang dalam lingkungan tempat mereka hidup. Jika mereka lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang beragama, mereka akan mendapat pengalaman agama itu melalui ucapan, tindakan dan perlakuan. Mereka mendengar nama Tuhan disebut oleh orang tua atau orang lain dalam keluarganya.
Kata Tuhan yang pada mulanya mungkin tidak menjadi perhatiannya, tapi lama kelamaan akan menjadi perhatiannya dan ia akan ikut mengucapkannya setelah ia mendengar kata Tuhan itu berulang kali dalam berbagai keadaaan, tempat dan situasi, apalagi ia melihat mimik muka yang membayangkan kesungguh-sungguhan ketika kata itu diucapkan, maka perhatiannya akan bertambah yang lama kelamaan menimbulkan pertanyaan dalam hatinya, siapa Tuhan itu ? Karena itu maka anak pada umur 3 atau 4 tahun telah mulai menanyakan kepada orang tuanya siapa Tuhan itu.
Apapun jawaban orang tua saat itu akan diterimanya dan itulah yang benar baginya. Andaikata orangtuanya trsalah dalam menjawab pertanyaannya itu, maka yang akan tumbuh dalam jiwanya itu adalah yang salah itu, kecuali jika diperbaiki nanti oleh guru agama setelah ia masuk sekolah. Demikianlah seterusnya tentang doa-doa singkat yang dapat diikutinya.
Tindakan dan perlakuan orang tusa terhadap dirinya dan saudara-saudaranya merupakan unsur-unsur yang akan menjadi bagian pribadinya pula dikemudian hari. Tindakan dan perlakuan orang tua yang sesuai dengan ajaran agama akan menimbulkan pada si anak pengalaman-pengalaman hidup yang sesuai dengan agama yang kemudian akan bertumbuh menjadi unsur-unsur yang merupakan bagian dalam pribadinya nanti.
Sikap orang tua terhadap agama akan memantul kepada si anak jika orang tua menghormati ketentuan-ketentuan agama, maka akan bertumbuhlah pada anak sikap menghargai agama, demikian pula sebaliknya, jika sikap orang tua terhadap agama itu negatif, acuh tak acuh atau meremehkan, maka itu pulalah sikap yang akan bertumbuh pada anak.
Al-Quran al-Karim mengajarkan kepada kedua orang tua cara berbicara dengan anak-anaknya melalui contoh yang terkandung dalam surah Luqman ayat (13) :
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Teks Al-Quran ini mengarahkan secara halus kepada kedua orang tua cara berbicara kepada anak-anaknya. Kita dapat mengambil manfaat dari ayat ini tiga hal berikut:
Pertama: ungkapan kata “wahai anakku” Artinya, seorang ayah atau ibu apabila berbicara dengan putra-putrinya hendaknya menggunakan kata kekasihku,belahan jiwaku,kehidupanku, dan ungkapan-ungkapan lain yang serupa.
Kedua: “Ketika dia memberi pelajaran kepada anaknya”. Ungkapan ini menunjukkan pentingnya kata yang lembut disertai rasa cinta kasih ketika kedua orang tua berbicara dngan anak-anaknya.
Ketiga: Firman Allah mengatakan, “ Sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar kezaliman yang besar.” Ini menyarankan kepada kedua orang tua, agar ketika menyuruh dan melarang harus menggunakan argumentasi yang logis. Ketika seorang putrinya pergi sendirian ketempat-tempat tertentu, larangan tersebut harus mnggunakan alas an tang tepat. Misalnya mengatakan, “kepergianmu sendirian itu, dapat membuatmu dituduh yang bukan-bukan oleh musuh atau orang yang dengki kepadamu, dan kala itu kamu sulit membersihkan tuduhan tersebut dari dirimu.” Seorang ayah juga dapat melarang anak-anaknya duduk begadang dijalanan hingga larut malam. Dengan alasan tertentu. Misalnya berkata, “ Duduk-dudukmu dijalanan itu bisa membawa dampak negatif terhadapku dan keluarga. Alangkah baiknya sekiranya duduk-dudukmu dijalanan itu kamu ganti dengan duduk dimesjid mengaji Al-Quran karena kamu pemuda yang pintar dan beradab.
B. Dasar Psikologis Untuk Strategi Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan-santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Yunani, untuk pengertian akhlak ini dipakai kata ethos, ethikos, yang kemudian menjadi ethika (pakai h), etika (tanpa h) dalam istilah Indonesia. Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) serta menjauhkan segala akhlak tercela (al-akhlaq al-mazmumah).
Menurut Ahmad Amin Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Adapun kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan itu mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar, dan kekuatan besar itulah bernama akhlak.
Jadi menurut Ahmad Amin, akhlak haruslah timbul melalui proses berpikir lebih dahulu. Seperti yang telah disebutkan, bahwa akhlak adalah kehendak yang dibiasakan, sedangkan kehendak disini keluar dari kebimbangan, orang harus berpikir dan dari berpikir itulah kemudian lahir keinginan tertentu atau yang telah dapat dipastikan, karena itu akhlak lahir melalui proses berpikir.
Manusia tidak dilihat dari harta, ilmu atau kekuasaannya, tetapi ditentukan sepenuhnya oleh akhlak yakni perbuatan yang baik atau taqwanya dan seberapa jauh nilai-nilai etika menjiwai dan mewarnai segala tindakannya.agama adalah sumber akhlak yang tidak pernah kering, karena agama memperhatikan dan mengatur setiap perbuatan manusia. Jadi, akhlak menjadi salah satu ajaran yang amat penting dalam agama apapun, rasanya semua agama sepakat dan mempunyai pndangan yang sama, yakni semua agama memerintahkan pemeluknya berbuat baik dan melarang berbuat jahat.
2. Klasifikasi Akhlak
Akhlak manusia terdiri atas akhlak yang baik (al-akhlaq al-mahmudah) dan akhlak yang tercela (al-akhlak al-mazmumah), sehingga harus diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun dari tidurnya, sejak bangun tidur sampai akan tidur kembali. Akhlak mempunyai beberapa keistimewaan yang mampu melebihi keunggulan dari pada paham-paham moral non Islam, karena akhlak bersumber dari Al-Quran. Hal ini sesuai dengan hadits Rasul yang berbunyi kana khuluquhu al-Quran,artinya bahwa akhlak Rasul adalah Al-Quran, sedangkan rasul itu sebagai teladan, uswatun hasanah. Adapun keunggulan-keunggulan akhlak Islam adalah
a. Akhlak memperhatikan keseimbangan dunia dan akhirat
Zuhud memang termasuk ajaran Islam, namun berbeda dengan Zuhud yang sesat yakni menolak dunia. Zuhud dalam Islam mempunyai cirri-ciri yakni tidak memenuhi dan tidak menolak kehidupan duniawi, dan zuhud bersifat social, bukan zuhud yang bersifat indivisual.
b. Akhlak melebihi moral absolut dan universal
Yang dimaksud absolute adalah bahwa kebenaran akhlak Islam bersifat mutlak, mempunyai wujud atau bentuk, tidak relatif atau nisbi seperti halnya moral sekuler. Karena mutlak, kebenaran akhlak Islam tidak bisa ditawar-tawar dan tidak berubah, dengan berubah atau bedanya ruang dan waktu. Yang dimaksud universal adalah bahwa kebenaran akhlak Islam diakui semua orang dan berlaku untuk semua orang, kapanpun dan dimanapun. Bukan kebenaran yang sifatnya subjektif, hanya benar atau baik menurut selera kelompok orang tertentu.
3. Dasar Psikologis untuk strategi pendidikan akhlak
Cara mengajarkan akhlak dapat dilakukan dengan taqdim al-takhali an al-akhlaq al-mazmumah suma al-tahalli bi al-akhlaq al-mahmudah, yakni dalam membawakan ajaran moral atau al-akhlaq al-mahmudah adalah dengan jalan takhalli (mengosongkan atau meninggalkan) al-akhlaq al-mazmumah (akhlak yang tercela), kemudian tahalli (mengisi atau melaksanakan) al-akhlaq al-mahmudah (akhlak yang terpuji). Dalam pengajaran akhlak itu haruslah menjadikan iman sebagai fondasi dan sumbernya. Iman itu sebagai nikmat besar yang menjadikan manusia bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dapat dikatakan bahwa cara yang ditempuh dalam membawakan ajaran-ajaran akhlak adalah sebagai berikut.
a. Dengan cara langsung
Nabi Muhammad saw itu sebagai muallim al-nas al-khair yaitu sebagai guru yang terbaik. Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi ajaran-ajarannya di bidang akhlak secara langsung dapat menggunakan ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits tentang akhlak dari nabi Muhammad. Dengan ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits tentang akhlak cara langsung itu ditempuh oleh Islam untuk membawakan ajaran-ajaran akhlaknya. Maka wajib atas tiap makhluk mengikuti perintah Allah Swt dan rasulNya. Contoh ayat mengenai pengajaran akhlak antara lain:
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Hujurat: 11)
Al-Quran mengajarkan supaya anak berbakti kepada ibu dan bapaknya, sebaliknya sebagai orang tua juga mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik. Sebagaimana firman Allah:
“ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS.Lukman:14-16)
Selain beradab atau berakhlak kepada bapak dan ibu atau kedua orang tua, orang kecil harus beradab dengan orang yang besar, orang muda harus beradab kepada orang yang tua, adab bapak mendidik anak, adab murid dan guru dan adab mencari atau menuntut ilmu. Dengan demikian, semua aspek kehidupan manusia sudah diatur oleh aturan-aturan yang tercantum dalam syar’i.
b. Dengan cara tidak langsung
Dalam menyampaikan ajaran-ajaran akhlaknya, juga dapat menggunakan cara yang tidak langsung yaitu:
1. Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak
Anak suka mendegarkan cerita-cerita atau kisah-kisah yang diberikan oleh orang tuanya. Kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlak banyak dikemukakan dalam ajaran Islam antara lain Kisah Nabi-nabi dan ummat mereka masing-masing, kisah yang terjadi dikalangan Bani Israil, kisah pemuda-pemuda penghuni gua (ashabul kahfi), kisah perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad dan lain-lain. Karena sangat pentingnya kedudukan kisah dalam kehidupan manusia, agama Islam memakai kisah-kisah untuk secara tidak langsung membawakan ajaran-ajarannya di bidang akhlak, keimanan dan lain-lain.
2. Kebiasaan atau latihan-latihan peribadatan
Peribadatan seperti shalat, puasa, zakat, haji perlu dibiasakan atau diadakan latihan. Apabila latihan-latihan peribadatan ini betul-betul dikerjakan dan ditaati, akan lahirlah akhlak Islam pada diri orang yang mengerjakannya sehingga orang itu menjadi orang Islam berbudi luhur. Dengan kebiasaan atau latihan-latihan ibadah kepada si anak dapat menumbuh kembangkan jiwa pribadi muslim yang baik. Sehingga si anak menjadi bibit yang tangguh, tahan uji dan berakhlak mulia sebagai seorang muslim. Dengan demikian dalam mengajarkan akhlak terutama kepada anak, dengan memberikan nasihat kepada anak agar menjauhkan akhlak tercela, kemudian mengisi, melaksanakan akhlak terpuji.
Dasar yang menunjukkan tentang pentingnya pendidikan akhlak dan peranan keluarga adalah hadis Nabi yang intinya bahwa tidak ada sesuatu pemberian seorang bapak kepada anaknya yang lebih baik daripada akhlak yang baik.juga dikatakan, seseorang lebih baik mengajar anaknya daripada bersedekah setengah gantang kepada orang miskin. Juga dikatakan, agar kita senantiasa memuliakan dan memperbaiki akhlak mereka.
C. Dasar Psikologis Untuk Strategi Pendidikan Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah adalah kesempurnaan cinta dan ketundukan. Barang siapa yang kamu cintai tetapi kamu tidak tunduk kepadanya, maka kamu bukanlah orang yang beribadah (mengabdi) kepadanya dan barang siapa yang kamu tunduk kepadanya tanpa disertai kecintaan, maka kamu bukanlah orang yang beribadah (mengabdi) kepadanya, sehingga kamu mencintai tunduk patuh. Konteks ibadah sangat luas sekali sehingga meliputi setiap perbuatan yang di cintai Allah. Jadi ibadah itu adalah nama yang mencakup setiap sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah berupa perkataan dan perbuatan yang bersifat zhahir maupun bathin.
2. Cara Mengajarkan Pendidikan Ibadah
Sembahyang atau berdoa, yang menarik bagi anak-anak adalah yang mengandung gerak dan biasa (tidak asing baginya). Doa anak-anak itu bersifat pribadi , minta sesuatu yang diingininya, minta ampun atas kesalahannya. Dan terdapat pula keinginan-keinginan yang kuat untuk minta tolong atas hal-hal yang tidak mampu dia mencapai atau melakukannya.
Bagi anak yang lebih besar lagi mungkin sembahyangnya adalah untuk minta ampun atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya, atau untuk berterima kasih. Aktivitas agama di mesjid, di rumah-rumah ibadah lainnya, atau di sekolah agama, mungkin menarik perhatian anak-anak, karena pakaian seragam yang berwarna-warni. Mereka suka menyanyi dan upacara-upacara keagamaan memikat hati mereka. Dia gembira menyaksikan orang-orang yang sedang sembahyang. Sikapnya agak aneh, campuran antara kagum dan ingin tahu, maka ia harus menjadi seorang yang aktif dalam upacara agama, misalnya ikut main dalam drama agama, nyanyian-nyanyian agama dan dalam melakukan pengabdian sosial atas nama agama.
Apabila suatu keluarga jarang pergi ketempat ibadah, anaknya akan kurang aktif dalam soal-soal agama. Demikianlah anak-anak yang hidup dalam keluarga yang kurang menjalankan agama dalam kehidupannya sehari-hari, maka perhatian anak-anak terhadap agama akan kurang pula.
Cara Rasulullah dalam memberikan methode penanaman shalat, agar anak terbiasa melaksanakannya. Pembiasaan dimulai sejak umur 7 tahun, pada keterangan Nabi yamg lain jika anak sudah dapat membedakan arah . Adapun jika sudah berumur 10 tahun mereka membandel shalat Rasulullah memerintahkan memberikan sanksi yang bersifat mendidik, yakni dipukul. Dengan shalat jiwa sang anak menjadi semakin dekat kepada Allah tenteram rasanya, ia dapat membedakan mana perbuatan dosa dan tercela.