Ikuti @fauzinesia

BIOGRAPI SHALAHUDDIN YUSUF AL AYUBI

FAUZIANNOR: 0901210208
PEMBIMBING: Dra. Hj. Mudiah M.ag
BAB II
PEMBAHASAN

SHALAHUDDIN YUSUF AL AYUBI
(Tirkit, Irak,532H/1138 M-Safar 589/ Februari 1193)

Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1138 M., ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat gubernur Suriah Nuruddin Zanggi.

Shalahuddin al-Ayubi adalah putra Najmuddin bin Ayyub, seorang keturunan suku kurdi yang berasal dari Azerbaijan. Ia ditunjuk Nuruddin Zanggi , gubernur Suriah sebagai pemimpin gamisun di Baalbek. Pendidikan dan kehidupan masa muda Shalahuddin Yusuf al-Ayubi kurang dikenal oleh masyarakat. Ia senang berdiskusi tentang ilmu Kalam, ilmu Fiqh, Al-Quran, dan Hadits.

Ketika Nuruddin Zangi menguasai Damaskus, ayahnya memperkenalkannya kepada Nuruddin Zangi. Ia kemudian muncul didepan publik dan dikenal masyarakat menjelang keberangkatannya kemesir untuk menyertai pamannya Assaduddin Syirkuh, dalam suatu ekspedisi militer.
Salahuddin al-Ayyubi, yang dikenal oleh Orang Eropa dengan nama Saladin, ia juga bergelar Sultan al-Malik al-Nashir ( Raja Sang Penakluk).Ia adalah pendiri dinasti Ayyubiyyah di Mesir yang bertahan selama 80 tahun. Salahuddin berasal dari keluarga Kurdi di Azerbaijan, yang berimigrasi ke Irak. Salahuddin al-Ayyubi merupakan pahlawan paling mengagumkan, yang pernah dipersembahkan oleh peradaban Islam di sepanjang abad VI dan VII Hijriah. Berkat Salahuddin, umat dan peradaban Islam terselamatkan dari kehancuran, akibat serangan dari kaum Salib.
Pada periode Kedua (1144-1187 M.) dari Perang Salib, Bait al-Maqdis kembali direbut oleh pasukan Salib. Peristiwanya berawal dari jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib, membangkitkan kesadaran umat Islam untuk menghimpun kekuatan untuk menghadapi mereka. Di bawah komando Imaduddin Zanqi, Gubernur Mosul (Halab), kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan Salib.
Pasukan Imaduddin berhasil merebut kembali Aleppo dan Edessa pada tahun 1144 M. Sebelum pasukannya merebut kembali daerah-daerah Islam lainnya, Imaduddin gugur dalam pertempuran pada tahun 1146, posisinya digantikan oleh putranya, Nuruddin Zanqi. Di bawah kepemimpinannya, ia meneruskan cita-cita ayahnya untuk membebaskan wilayah Islam di Timur dari cengkraman kaum Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskannya, antara lain: Damaskus (1147), Antiokia (1149), Edessa (1151), dan Mesir pada tahun 1169 M.
Kejatuhan Edessa, menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib II. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh Raja Perancis, Louis VII dan Raja Jerman, Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syiria. Namun gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin Zanqi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus, bahkan Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri ke negerinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M, pimpinan perang kemudian dipegang oleh Salahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyyah di Mesir tahun 1175 M.
Salahudddin al-Ayyubi yang terkenal gagah perkasa, meneruskan perjuangannya melawan tentara Salib pada tahun 1180 M. Akhirnya, pasukan Salib tidak mampu menghadapi pasukan Islam, maka mereka terpaksa mengajukan permintaan damai. Dengan adanya permintaan damai itu, Salahuddin menghentikan peperangan. Namun karena tahun 1186 M. tentara Salib mengkhianatinya dengan menyerang umat Islam yang akan menunaikan haji, maka pertempuran kembali berkobar dan tentara Salib menderita kekalahan serta kebanyakan di antara mereka menjadi tawanan. Akhirnya Salahuddin al-Ayyubi berhasil merebut kembali Bait al-Maqdis, Yerussalem pada tanggal 2 Oktober 1187 M.
Pada periode ketiga (1189-1192 M.), Salahuddin berhasil mempertahankan Bait al-Maqdis dan mengalahkan kaum Salib. Kejadiannya berawal dari jatuhnya Bait al-Maqdis ke tangan orang Islam, menggerakkan semangat yang meluap-luap di kalangan Kristen Eropa untuk merebut kembali kota suci itu. Dengan kekalahan itu, maka dibangunlah angkatan Perang Salib III pada tahun 1189 M. dengan pimpinan perangnya antara lain Kaisar Frederick Barbarosa dari Jerman, Philip Augustus dari Perancis dan Richard Leeuwen Hart dari Inggris. Angkatan Perang Salib III ini berhasil merebut Accon (Aka), namun sesudah itu pasukan Salib pecah, karena Philip berselisih dengan Richard, yang berakhir dengan pulangnya Philip ke Perancis, serta sebelum terjadi penaklukan Aka itu, Kaisar Barbarosa telah meninggal di tengah perjalanan.
Setelah itu, Salahuddin berperangan melawan Richard yang dikenal sebagai panglima yang tindakannya sangat berani sehingga diberi gelar “Berhati Singa”. Ternyata dalam peperangan di Arsuf, Salahuddin berhasil dikalahkan Richard pada tahun 1191 M, namun Bait al-Maqdis belum berhasil dikuasainya. Maka dibuatlah perjanjian perdamaian di Ramlah antara Salahuddin dengan Richard pada tanggal 2 November 1192 M., yang isinya sebagai berikut :
1. Yerussalem tetap berada di tangan umat Islam, dan umat Kristen diijinkan untuk menjalankan ibadah di tanah suci.
2. Orang-orang Salib akan mempertahankan pantai Syiria dan Tyre sampai ke Jaffa.
3. Umat Islam akan mengembalikan relics (tanda-tanda agama) Kristen kepada umat Kristen.

Setahun berikutnya, Sultan al-Malik al-Nashir Salah al-Din al-Ayyubi meninggal dunia pada bulan Safar 589 H atau tanggal 19 Februari 1193 M., setelah beberapa waktu lama dengan gigih memimpin pasukan Islam menghadapi tentara Salib, menyelesaikan pekerjaan besar dengan mengembalikan dan mempertahankan Bait al-Maqdis. Ia tidak meninggalkan harta kekayaan yang besar kecuali hanya beberapa dinar dan dirham. Bekas kekuasaannya dibagi-bagikan kepada anak dan saudaranya.




SIMPULAN
Shalahuddin Yusuf Al Ayubi adalah pendiri dinasti Ayubiyah di Mesir . ia dikenal sebagai panglima muslim pemenang perang salib. Orang Eropa menyebutnya Saladdin. Atas permintaan penguasa Fatimiyah, ia berhasil mengusir tentara Kristen dalam perang salib 564 H/1169 M dari mesir, dan juga berhasil merebut Yerussaalem pada 1187 dari pasukan Kristen.
Ia terkenal sebagai ahli ilmu agama islam sunni. Ia juga memimpin kaum muslimin memerangi musuh pada waktu perang salib, dan merebut Baitul Maqdis. Sultan al-Malik al-Nashir Salah al-Din al-Ayyubi meninggal dunia pada bulan Safar 589 H atau tanggal 19 Februari 1193 M., setelah beberapa waktu lama dengan gigih memimpin pasukan Islam menghadapi tentara Salib, menyelesaikan pekerjaan besar dengan mengembalikan dan mempertahankan Bait al-Maqdis. Ia tidak meninggalkan harta kekayaan yang besar kecuali hanya beberapa dinar dan dirham. Bekas kekuasaannya dibagi-bagikan kepada anak dan saudaranya.





DAFTAR PUSTAKA
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989),

Departemen Agama RI., Text Book Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I (Ujung Pandang: Kerja sama Dirjen Binbaga dengan IAIN Alauddin, 1982)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Cet. X; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000)
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid II, (Cet. IV; Jakarta, Bulan Bintang, 1975),
Yudian Wahyudi,Analisa Runtuhnya Daulah-daulah Islamiyyah (Cet. II; Solo: Pustaka Mantiq, 1992)
Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jilid IV. Cet. III; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
Prof.Dr.Azyumardi Azra.MA, Ensiklopedi Islam, (Jakarta, PT.Ikhtiar Baru Van Hoeve)
Dr.Muhammad Sayyid Al-Wakil, Wajah Dunia Islam (Jakarta Timur, Pustaka Al Kautsar)
http//jaringskripsi.wordpress.com/2009/09

ARTIKEL TERKAIT:

Post a Comment

Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D

NB: No Porn, No Sara', No women, No cry

Cari disini

#Pengunjung

Instagram