Ikuti @fauzinesia

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA



A. Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
Berita islam di Indonesia telah diterima sejak orang Venesia (Italia) yang brnama Marcopolo singgah di kota perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar penduduknya telah beragama islam. Sampai sekarang tidak ada bukti tertulis tentang kapan tepatnya islam masuk ke Indonesia., namun banyak teori yang memperkirakan. Pada umumnya teori tersebut dikaitkan dengan jalur pelayaran dan perdagangan antara dunia Arab dengan Asia Timur.
Dari sekian perkiraan, kebanykan menetapkan bahwa kontak di Indonesia sudah terjadi Sekitar abad ke-7 dan ke-8 Indonesia sudah ada pedagang-pedagang dari India (Gujarat), Arab dan Persia. Mereka berdagang di Indonesia dengan memperdagangkan rempah-rempah dan emas. Pada waktu itu Selat Malaka merupakan tempat yang paling ramai di Nusantara, maka dari itu Selat Malaka berperan sebagai pintu gerbang ke lautan Nusantara. Sambil menunggu angin musim yang baik, para pedagang asing tersebut melakukan interaksi dengan penduduk setempat, selain menjalin hubungan dagang, para pedagang asing membawa ajaran Islam beserta kebudayaannya sehingga semakin lama ajaran dan kebudayaan Islam berpengaruh terhadap penduduk setempat.
Pada awalnya pengaruh Islam hanya berkembang di daerah-daerah pantai, namun lambat laun berkembang di wilayah pedalaman. Ada beberapa pendapat yang menyatakan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Pendapat tersebut antara lain :
1. Masuknya Islam ke Indonesia antara abad 7 dan 8, buktinya pada abad 7 dan 8 telah terdapat perkampungan Islam di sekitar Malaka.
2. Islam masuk ke Indonesia pada abad 11, buktinya Nisan Fatimah binti Maimun di desa Leran (Gresik) Jawa Timur yang berangka tahun 1082
3. Islam masuk ke Indonesia pada abad 13, buktinya :
• Batu nisan Sultan Malik Al Saleh berangka tahun 1297
• Catatan Marcopolo tahun 1292 yang menyatakan bahwa penduduk Perlak telah memeluk agama Islam
• Catatan Ibnu Batutah tahun 1345 -1346 yang menyatakan bahwa penguasa Samudra Pasai menganut paham Syafi’i
• Catatan Ma Huan yang menyatakan bahwa pada abad 15 sebagian besar masyarakat di Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk agama Islam
• Summa Oriental karya dari Tome Pires yang memberitahukan tentang penyebaran Islam meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan Maluku.
Penyebaran dan perkembangan Islam di Indonesia dilakukan secara damai melalui beberapa saluran-saluran sebagai berikut :
1. Jalur Perdagangan
Melalui perdagangan inilah sangat menguntungkan bagi penyebaran Islam, karena para raja dan kaum bangsawan ikut serta dalam perdagangan ini. Para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir Jawa (Pantura) yang penduduknya masih kafir.
2. Jalur Sosial/ perkawinan
Dari sudut ekonomi para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada penduduk pribumi. Sehingga penduduk pribumi, yang terdiri dari putri-putri bangsawan tertarik menjadi istri-istri saudagar muslim. Namun sebelum dinikahkan, terlebih dahulu diislamkan. Dari perkawinan inilah kemudian saudagar muslim memperoleh banyak keturunan yang juga Islam.
3. Jalur Pendidikan
Masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara juga dilakukan melalui jalur pendidikan. Baik di pesantren-pesantren maupun di pondok-pondok yang diselenggarakan oleh para kiai, para ulama, dsb. Sehingga para santri yang telah mendapat ilmu agama kembali ke kampung masing-masing untuk berdakwah ke tempat-tempat tertentu mengajarkan Islam.
4. Jalur Kesenian
Diantara kesenian yang paling terkenal adalah wayang. Jalur ini dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Beliau adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Para penonton dibimbing untuk mengucapkan syahadat. Sebagian cerita wayang dipetik dari Mahabarata dan Ramayana.
5. Politik
Di Maluku, sulewesi selatan, rakyat masuk islam setelah rajanya masuk islam setelah rajanya masuk islam, maka kerajaan islam berusaha menguasai kerajaan non islam, sehingga secara poitis banyak menarik penduduk kerajaan non islam untuk masuk islam.
6. Tasawuf
Para pengajar tasawuf atau sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan jalan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam magis dan penyembuhan. Hal itu mudah dilakukan karena adanya kesamaan ajaran-ajaran Hindu-Budha yang sudah ada, sehingga agama yang baru tersebut mudah dimengerti dan diterima seperti Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang dan sunan Punggung di Jawa.



B. Pendidikan Islam pada masa pemerintahan Belanda.
Sejarah pendidikan Islam di Indonesia sedikit banyak di pengaruhi oleh latar belakang sosial politik, apalagi ketika zaman penjajahan Belanda, yang merupakan penjajah paling lama bertahan di Indonesia, hal ini menyebabkan kerusakan tatanan keislaman yang sudah ada di Indonesia saat itu, karena kaum kolonial belanda mempunyai misi yang ganda diantaranya Imperialis dan kristenisasi.
Memang diakui bahwa belanda cukup banyak mewarnai perjalanan sejarah Islam di Indonesia. Cukup banyak peristiwa di Indonesia, baik sebagai pedangang, perorangan kemudian diorganisasikan membentuk kongsi-kongsi dagang yang diberi nama VOC, maupun sebagai aparat pemerintah yang menjajah dan berkuasa. Oleh sebab itu, wajar bila kedatangan mereka mendapat tantangan dan perlawanan dari penduduk pribumi, raja-raja, dan tokoh agama setempat.
Tujuan Belanda datang ke Indonesia, tidak lain adalah untuk mengembangkan usaha perdagangan, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal Harganya di Eropa. Melihat hasil yang diperoleh Perseroan Amsterdam itu, banyak perseroan lain yang berdiri juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia. pada bulan maret 1602, perseroan-perseroan itu bergabung dan disahkan oleh Staten-General Republik dengan suatu piagam yang memberi hak khusus kepada perseroan gabungan tersebut untuk berdagang, berlayar, dan memegang kekuasaan dikawasan antara Tanjung Harapan dan Kepulauan Solomon, termasuk kepulauan Nuantara.
Politik yang dijalankan pemerintah belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebenarnya didasarkan oleh adanya rasa ketakutan, rasa panggilan agamanya yaitu Kristen dan rasa kolonialismenya. Sehingga dengan begitu mereka tetapkan berbagai peraturan dan kebijakan, diantaranya :
1. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus yang bertugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang mereka sebut Priesterraden. Dari nasihat badan inilah maka pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran atau pengajian agama Islam harus terlebih dulu meminta izin kepada pemerintah Belanda.
2. Tahun 1952 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan Islam, yaitu bahwa tidak semua orang Kyai boleh memberikan pelajaran mengaji kecuali mendapat semacam rekomondasi atas persetujuan pemerintah Belanda.
3. Kemudian pada tahun 1932 keluar lagi peraturan yang isinya beberapa kewenangan untuk memberantas dan menutup madrasah an sekolah yang tidak ada izinya atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah Belanda yang disebut Ordonasies Sekolah Liar (Wilde School Ordonantie).
Tidak hanya sampai di situ tindakan pemerintahan Belanda tersebut berbagai usaha yanga lainnya telah juga mereka tempuh, dengan maksud menekan dan mematikan kegiatan-kegiatan umat Islam, misinya sejalan dengan sifat penjajahan maka hal ihwal tentang pribumi dan islam Indonesia mereka pelajari dengan sebaik-baiknya secara mendalam dan ilmiah dinegri Belanda yang akhirnya merupakan ilmu khusus yang terkenal dengan indologinya.
Untuk menghadapi perlawanan ummat Islam yang sejak kedatangannya udah beraksi dan menentang kehadirannya, yang dipelopori oleh raja dan ulama, sehingga mereka berusaha mempelajari secara mendalam agama Islam yang secara khusus dipelajari oleh Prof. Snouck Hurgronje yang dengan nama samarannya Abdul Gaffar, seorang serjana sastra semit (Arab) yang telah lama mempelajarinya ditanah Arab. Ia mempelajari Islam di Indonesia untuk mencari celah-celah kelemahan untuk selanjutnya dilaporkan hasil studinya tersebut kepada pemerintah Belanda dengan disertai saran-saran bagaimana seharusnya berbuat dan menghadai umat Islam.
Adapun inti saran-saran dari Snouck Hurgronje tersebut ialah:
a. Menyarankan kepada pemerintahan Belanda agar netral terhadap agama yakni tidak ikut campur tanggan dan tidak memihak kepada salah satu agama yang ada (tetapi tampak hal ini hanyalah bersifat teori belaka, sebab faktanya tidak demikian). Menurut Snouck fanatisme Islam itu akan luntur sedikit demi sedikit melalui proses pendidikan secara evolusi.
b. Pemerintahan Belanda diharapkan dapat membendung masuknya pan Islamisme yang sedang berkembang di Timur Tengah, dengan jalan menghalangi masuknya buku-buku atau brosur lain dari luar ke wilayah Indonesia, mengawasi kontak langsung da tidak langsung tokoh-tokoh Islam Indonesia dengan tokoh luar, serta membatasi dan mengawasi orang-orang yang pergi ke Mekah, dan bahkan kalau memungkinkan melarangnya sama sekali. Karena dikhawatirkan pengalaman yang ia dapat di luar akan ia bawa pulang ke Indonesia dan mempengaruhi kelanggengan kekuatan koloneal Belanda.

C. Pendidikan Islam pada masa Pemerintahan Jepang
Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia. Bangsa Jepang bercita-cita besar, menjadi pemimpin Asia Timur Raya. Hal ini sudah direncanakan Jepang sejak tahun 1940 untuk mendirikan kemakmuran bersama Asia Raya. Menurut rencana tersebut Jepang menginginkan menjadi pusat suatu lingkungan yang berpengaruh atas daerah-daerah Mansyuria, daratan Cina, kepulauan Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo Cina dan Rusia.
Perkembangan ekonomi dan industri Jepang memberi gambaran bahwa tampaknya perluasan daerah itu mutlak diperlukan. Oleh karena itu rencana “kemakmuran bersama Asia Raya” dianggap sebagai suatu keharusan, dan oleh kalangan militer diterima dan disambut dengan hangat karena menjanjikan adanya prestise kepahlawanan dan dedikasi. Dengan demikian maka kejayaan dan masa keemasan kaum penjajah Belanda hilang lenyap sekaligus, ketika pada tanggal 8 Maret 1942 mereka bertekuk lutut tanpa syarat kepada Jepang. Dengan semboyan “Asia untuk bangsa Asia”, Jepang mulai menguasai Indonesia. Yang merupakan sasaran yang perlu dibina dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan perang Jepang. Karena tanah air Indonesia merupakan sumber bahan-bahan mentah dan tenaga manusia yang kaya, yang besar artinya bagi kelangsungan perang Pasifik, dan hal ini sesuai pula dengan cita-cita politik ekspansinya.
Masuknya Jepang ke Indonesia membuka era baru dalam tingkah laku politisi Indonsia.Tidak lama setelah itu, Jepang mengadakan perubahan di bidang pendidikan, di intaranya menghapuskan dualisme pengajaran. Dengan demikian habislah riwayat susunan pengajaran Belanda yang dualism yang membedakan antara pengajaran barat dan pengajaran bumi putera. Hanya da satu sekolah rendah yang diadakan bagi semua lapisan masyarakat, ialah Sekolah Rakyat 6 tahun, yang dikenal dengan nama Kokumin Gakko. Susunan pengajarannya diganti menjadi:
a. Sekolah Rakyat 6 tahun
b. Sekolah menengah 3 tahun
c. Sekolah menengah tinggi 3 tahun
Perubahan yang lain nya dengan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Pada awalnya, pemerintahan Jepang mengambil siasat merangkul Islam sebagaimayoritas penduduk Indonesia. Dengan mendekati dan mengambil hati umat Islam, mereka akan dapat memperkuat kekuasaannya di Indonesia. Mereka menempuh kebijakan antara lain:
a. Kantor Urusan Agama yang ada pada jaman Belanda disebut: Kantoor Voor Islamistiche Saken yang dipimpin oleh orang-orang orientalisten Belanda, diubah oleh Jepang menjadi kantor Sumubi yang di pimpin oleh ulama Islam, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari’, sedangkan di daerah-daerah dibentuk Sumuka.
b. Pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar Jepang.
c. Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran agama.
d. Pemerintahan Jepang mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah untuk memberikan latihan dasar kemiliteran bagi pemuda islam, yang dipimpin oleh K.H. Zainul Arifin.
e. Pemerintahan Jepang Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pimpin oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir, dan Bung Hatta.
f. Dengan bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasional, ulama Islam diizinkan membentuk Barisan Pembela Tanah Air (PETA).
g. Ulama Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan.
D. Pendidikan Islam pada masa kemerdekaan.
Dengan susah payah akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaan sendiri, tanpa meminta belas kasihan pemerintahan Jepang atau bangsa lain. Kemerdekaan Indonesia melahirkan kehidupan baru di segala bidang, termasuk pendidikan. Setelah Indonesia merdeka, bangsa Indonesia sendiri secepatnya mengubah sistem pendidikan dan menyesuaikannya dengan keadaan baru sebagai negara yangmerdeka dan berdaulat. Maka, diperlukan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan eksisteensi masa lampau, masa kini, dan kewaspadaan terhadap perkembangan ke depan.
Sebagai modal dan pedoman pertama bagi rakyat dan pemerintahan di lapangan pendidik, dipergunakanlah Rencana Usaha Pendidikan/ Pengajaran yang telah disiapkan pada hari-hari akhir penjajahan Jepang. Sebagai langkah awal dikeluarkan “ instruksi umum” oleh PP dan K, yaitu Ki Hajar Dewantara. Selain itu, bangsa Indonesia menggunakan UUD 1945 sebagai pedoman dan dasar penyelenggaraan pendidikan Nasional.
Menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan Ki. Hajar Dewantara mengeluarkan instruksi umum yang isinya memerintahkan kepada semua kepala sekolah dan guru, untuk:
1. Mengibarkan sang merah putih tiap hari di halaman sekolah
2. Melagukan kebangsaan Indonesia Raya
3. Menghentikan pengibaran bendara Jepang dan menghapus nyanyian Kimigoyo, lagu kebangsaan Jepang.
Dalam upaya menjalankan pendidikan nasional, pemerintah memberikan penghargaan tinggi bagi pendidikan agama Islam, termasuk lembaga-lembaga pendidikan Islam yang sudah ada. Pada tanggal 22 Desember 1945 BPKNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat) mengumumkan berdasarkan (Berita RI Tahun II No. 4 dan 5 hal. 20 kolom 1) bahwa: “Dalam memajukan pendidikan dan pengajaran di langgar-langgar dan madrasah berjalan terus dan diperpesat.” Berikutnya, pada tanggal 27 Desember 1945 BPKNIP menyarankan agar pendidikan agama di sekolah mendapat tempat yang teratur, seksama, dan mendapat perhatian yang semestinya.
Ada dua cara yang memungkinkan untuk menghubungkan mata pelajaran agama dengan mata pelajaran umum:
1. Cara okasional, yaitu dengan cara bagian dari satu pelajaran dihubungkan dengan bagian dan pelajaran lain bila ada kesempatan yang baik.
2. Cara sistematis, yaitu dengan cara bahan-bahan pelajaran itu lebih didahulukan menurut rencana tertentu sehingga bahan-bahan itu seakan-akan merupakan satu kesatuan yang terpadu.
Pada waktu Mr. R. Suwandi menjadi menteri PP dan K (2 Oktober 1945-27 Juni 1947), dia membentuk Penitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia yang diketuai oleh Ki. Hajar Dewantar. Panitia ini merekomendasikan mengenai sekolah-sekolah Agama, dalam laporannya tanggal 2 Juni 1946 yang berbunyi: “ Bahwa Pengajaran yang bersifat pondok Pesantren dan madrasah perlu untuk dipertinggi dan dimoderenisasi serta diberikan bantuan biaya dan alin-lain.



BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Pendidikan Islam di Indonesia terbagi pada 4 masa, yaitu:
1. Masuknya Islam ke Indonesia
Masuknya Islam ke Indonesia antara abad 7 dan 8, buktinya pada abad 7 dan 8 telah terdapat perkampungan Islam di sekitar Malaka, sedangkan pendapat lain Islam masuk ke Indonesia pada abad 11, buktinya Nisan Fatimah binti Maimun di desa Leran (Gresik) Jawa Timur yang berangka tahun 1082 dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada abad 13.
2. Pendidikan Islam pada masa pemerintahan Belanda
Pada masa pemerintahan Belanda pendidikan Islam sangat terbatas ruang geraknya karena diberlakukan kebijakan-kebijakan pemerintahan Belanda diantaranya :
a. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus yang bertugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang mereka sebut Priesterraden. Dari nasihat bdan inilah maka pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran atau pengajian agama Islam harus terlebih dulu meminta izin kepada pemerintah Belanda.
b. Tahun 1952 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan Islam, yaitu bahwa tidak semua orang Kyai boleh memberikan pelajaran mengaji kecuali mendapat semacam rekomondasi atas persetujuan pemerintah Belanda.
c. Kemudian pada tahun 1932 keluar lagi peraturan yang isinya beberapa kewenangan untuk memberantas dan menutup madrasah an sekolah yang tidak ada izinya atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah Belanda yang disebut Ordonasies Sekolah Liar (Wilde School Ordonantie).
3. Pendidikan Islam pada masa pemerintahan Jepang
Masuknya Jepang ke Indonesia membuka era baru dalam tingkah laku politisi Indonsia.Tidak lama setelah itu, Jepang mengadakan perubahan di bidang pendidikan, di intaranya menghapuskan dualisme pengajaran. Dengan demikian habislah riwayat susunan pengajaran Belanda yang dualism yang membedakan antara pengajaran barat dan pengajaran bumi putera. Hanya da satu sekolah rendah yang diadakan bagi semua lapisan masyarakat, ialah Sekolah Rakyat 6 tahun, yang dikenal dengan nama Kokumin Gakko. Susunan pengajarannya diganti menjadi:
 Sekolah Rakyat 6 tahun
 Sekolah menengah 3 tahun
 Sekolah menengah tinggi 3 tahun
4. Pendidikan islam pada masa kemerdekaan
Menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan Ki. Hajar Dewantara mengeluarkan instruksi umum yang isinya memerintahkan kepada semua kepala sekolah dan guru, untuk:

1. Mengibarkan sang merah putih tiap hari di halaman sekolah
2. Melagukan kebangsaan Indonesia Raya
3. Menghentikan pengibaran bendara Jepang dan menghapus nyanyian Kimigoyo, lagu kebangsaan Jepang 
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Pt. Logos Wacana Ilmu, 1999
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarata: Pt Raja Grafindo Persada , 1996
Http://Unsilster.Com/2011/02/Contoh-Makalah-Tentang-Sejarah-Proses-Masuk-Dan-Berkembangnya-Islam-Di-Indonesia/ (16-06-2012)
K Rukiati, Enung dan Feni Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia.
Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Depertemen Agama RI, 2005

ARTIKEL TERKAIT:

Post a Comment

Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D

NB: No Porn, No Sara', No women, No cry

Cari disini

Cerita² Enonk

#Pengunjung

Instagram