Ikuti @fauzinesia

Pendidik

A. Pengertian


Secara etimologi pendidik adalah orang yang memberikan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Pengertian pendidikan mencakup tiga pengertian sekaligus yakni tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Dapat kita ambil pemahaman, pengertian pendidik dalam islam adalah Murabbi, Mu’allim dan Mu’addib.
Pengertian mu’allim mengandung arti konsekuensi bahwa pendidik harus mu’allimun yakni menguasai ilmu, memiliki kreatifitas dan komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu.Sedangkan konsep ta’dib mencakup pengertian integrasi antara ilmu dengan amal sekaligus, karena apabila dimensi amal hilang dalam kehidupan seorang pendidik, maka citra dan esensi pendidikan islam itu akan hilang.
Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, Mudarris, Mu’allim, dan mu’addib. Secara keseluruhan kata-kata tersebut terhimpun dalam satu kata pendidik karena semua kata tersebut mengacu kepada seorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada orang lain.
Secara terminologi terdapat beberapa pendapat pakar pendidikan tentang pengertian pendidik, antara lain:
a. Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik.
b. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidik dalam islam sama dengan teori di barat yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap peserta didik.
c. Muri Yusuf, mengemukakan bahwa pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dari beberapa definisi di atas, maka yang dimaksud subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami dan dikembangkan oleh objek pendidikan.
B. Ayat Tentang Subyek Pendidikan
1. Ar-Rahman : 1 - 4
Artinya : (Tuhan) Yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran.
Allah yang maha pemurah, yang rahmatnya meliputi segala sesuatu. Allah SWT Yang Maha Pemurah di dunia dan di akhirat dan Maha Penyayang di keduanya. Pada ayat ini Allah yang maha pemurah mengatakan bahwa Ia telah mengajarkan nabi Muhammad. Al-qur’an dan nabi Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekkah yang mengatakan :
إنما يعلمه بشر
Artinya : ”sesungguhnya Al-qur’an itu diajarkan seorang manusia kepadanya (Muhammad)”.
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa ni’mat Allah atas hambanya, maka ayat ini dimulai dengan menyebutkan ni’mat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hambanya, yaitu ni’mat mengajar Al-qur’an. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Al-qur’an akan berbahagialah di dunia dan di akhirat, dan dengan berpegang teguh kepada petunjuk-petunjuk-Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Al-qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.

Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
Allah SWT mengajari manusia kepandaian berbicara dengan lisan tentang semua yang terlintas dalam sanubari. Inilah yang mengistimewakan manusia dari makhluk lainnya.
Dalam ayat ini Allah menyebutkan ni’mat kejadian manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan ni’mat mengajar Al-qur’an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluknya ini dan diajarkannya pandai membicarakan tentang apa yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya. Kalaulah tidak tentu Nabi Muhammad tidak akan mengajarkan Al-qur’an kepada umatnya. Ini adalah suatu anugerah rohaniyah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada bandingannya dalam hidup. Dari itu ni’mat ini didahulukan sebutannya dari ni’mat-ni’mat yang lain.
Kaitan ayat ini dengan subjek pendidikan sebagai berikut:
a. Kata ar-Rahman menunjukkan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan siapa saja.
b. Seorang guru hendaknya memiliki ilmu kependidikan yang baik sebagaimana Allah mengajarkan al-Quran kepada Nabi-Nya
c. Al-Quran menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah.
d. Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual.

2. An-Najm : 5-6

Artinya ; yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli.

Dalam surat an-najm ayat 5-6 dijelaskan bahwa yang menyampaikan wahyu kepada nabi Muhammad SAW adalah malaikat jibril yang mana diberi potensi aqliyah yang sempurna kemudian dia (Jibril) juga menampakan diri dengan rupa yang asli dan tampil sempurna.
Dan dalam surat ini juga dijelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat Jibril yang mana punya potensi yang kuat yang menerima wahyu-wahyu al-quran untuk disampaikannya kepada nabi Muhammad SAW karena bagaimanapun malaikat jibril itu sebelum menyampaikan wahyu telah memperoleh pengajaran dari Allah dan tentunya malaikat Jibril mengajarkan firman Allah kepada nabi Muhammad tanpa adanya pengajaran dari Allah.

3. An-Nahl : 43 – 44

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui. Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.
Ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan di mana pun, kecuali orang-orang lelaki, yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat yang kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui Malaikat Jibril; maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah kepada ahl adz-Dzikr, yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Dengan kata lain, dalam ayat ini, Allah menuturkan, “Kami tidak mengutus sebelum kamu, wahai Muhammad, seorang rasul pun kepada kaum mana pun, melainkan rasul itu dikukuhkan dan dibekali dengan wahyu Kami, yang terhadapnya kaummu mengemukakan keberatan soal mengapa nabi mereka bukan seorang malaikat, melainkan hanya seorang manusia. Katakanlah kepada mereka agar mereka mancari kebenaran dengan merujuk kapada ahludz dzikr (ahli zikir), yakni orang-orang yang memiliki pengetahuan dan para ulama di tengah setiap kaum, jika mereka tak mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah tersebut kepada para nabi yang termasuk dalam jenis manusia.Maka tanyakanlah kepada ahli kitab dahulu di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani, apakah para utusan yang di utus kepada mereka itu manusia ataukah malaikat? Jika mereka itu malaikat silakan kalian mengingkari Muhammad SAW. Tetapi jika mereka itu manusia, jangan kalian ingkari dia.
Para rasul yang kami utus sebelum itu semua membawa keterangan-keterangan, yakni mukjizat-mukjizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul, dan sebagian membawa pula zubur, yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati, dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr yakni Al-Qur’an, agar engkau menerangkan kepada seluruh manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, yakni Al-Qur’an itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan supaya mereka senantiasa berpikir lalu menarik pelajaran untuk kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi mereka.
Kata az-zubur adalah jamak dari kata zabur, yakni tulisan. Yang dimaksud di sini adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil, Zabur dan Shuhuf Ibrahim as. Para ulama berpendapat bahwa zubur adalah kitab-kitab singkat yang mengandung syariat, tetapi sekedar nasihat-nasihat.
Adapun kaitannya dengan topik yang dibahas adalah bahwa seorang guru dalam perannya sebagai ahli al-dzikr selain berfungsi sebagai orang yang mengingatkan para objek pendidikan atau peserta didik dari berbuat yang melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya, juga sebagai seseorang yang mendalami ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan yang terdapat dalam berbagai kitab yang pernah diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya dari sejak dahulu kala hingga sekarang. Sebagai ahli al-dzikr ia dapat mencari titik persamaan antara ajaran yang terdapat di dalam berbagai kitab tersebut untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Al-Kahfi : 66

Dalam al-Qur’an Allah mencontohkan bagaimana nabi Musa belajar kepada nabi Khaidir. Sebagaimana terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 66

Artinya: Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
Surah Al-Kahfi ayat 66 di atas bila dikaitkan dengan pembahasan kita yaitu subyek pendidikan (guru) adalah seorang guru -yang mempunyai ilmu pengetahuan- tidak boleh menyimpan ilmunya, malah sebaliknya dia harus senang bila ada orang yang mau belajar kepadanya. Seperti halnya kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa as. di atas. Penyembunyian ilmu dapat juga diartikan sebagai penyembunyian ilmu dengan tidak mengamalkan ilmu itu.

Sedangkan al-Abrasyi menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut ini:
• Zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah
• Bersih jiwanya dan badannya
• Sesuai perbuatan dengan perkataan
• Tidak malu mengakui ketidaktahuan
• Bijaksana, rendah hati, lemah lembut dan pemaaf
• Sabar, berkepribadian dan tidak merasa rendah diri
• Ikhlas dalam melaksanakan tugas, tidak riya’, tidak memendam rasa dengki dan iri hati.
BAB III
SIMPULAN
Dalam surat An-Najm ayat 5-6 dijelaskan bahwa subjek pendidikan adalah malaikat Jibril yang mana punya potensi yang kuat yang menerima wahyu-wahyu al-quran untuk disampaikannya kepada nabi Muhammad SAW karena bagaimanapun malaikat jibril itu sebelum menyampaikan wahyu telah memperoleh pengajaran dari Allah.
Begitupun dengan manusia, sebagai makhluk sosial yang menjalankan fungsinya sebagai subyek pendidikan diharuskan pula memiliki kriteria-kriteria tersebut. Sebab tanpa potensi yang kuat dalam menjalankan fungsinya tersebut maka pengajaran yang dihasilkan pun akan berbanding terbalik dengan yang diharapkan. Karena itulah seyogyanya seorang guru memiliki kriteria-kriteria atau sifat-sifat tersebut.
Adapun sifat-sifat yang baik dan terpuji yang dapat dijadikan sebagai perhiasan oleh para guru (pengajar) yang fungsinya sebagai obyek pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Rendah hati (tawadhu’), pada hakekatnya, hendaknya seseorang meminta kerendahan hati kepada Allah SWT. untuk dirinya, yaitu dengan merendahkan di hadapan Allah dan khusyu’.
2. Ikhlas, yaitu mengharapkan ridha Allah sebagai sikap taat dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan setiap perbuatan yang dilakukannya, sehingga ia tidak menghendaki perbuatannya atau pun perkataanya kecuali untuk Allah Ta’ala.
3. Memberikan nasihat kepada kaum muslimin pada umumnya dan kepada murid-murid yang diajarnya pada khususnya.









DAFTAR PUSTAKA

Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta, Pustaka pelajar, 2004)
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992)
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Tafsirnya, (CV. Darma pala, 1998), jilid IX
Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, terj. The Holy Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), cet. III
Abdullah bin Muhammad, Lubaabut Tafsir min Ibni Katsir, Kairo, Daar al-Hilal, terj. Abdul Ghoffar dan Abu Hasan, Tafsir Ibnu Katsir, (Bogor, Pustaka Imam Syafi’I, 2008)
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Penelitian Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987)

ARTIKEL TERKAIT:

Post a Comment

Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D

NB: No Porn, No Sara', No women, No cry

Cari disini

Cerita² Enonk

#Pengunjung

Instagram