Ikuti @fauzinesia

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA



LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian dan Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren
Pesantren dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi para sarjana barat yang mempelajari Islam. Pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an, berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri bersal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji, dan ada juga yang mengatakan bahwa santri mempunyai arti orang yang tahu buku-buku suci, buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Jadi istilah Pesantren itu masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agam Hindu, sebelum datangnya Islam. Hal itu berarti metode dan kurikulum pesantren banyak diwarnai ajaran non Islam. Adapun setelah berkembangnya Islam, maka lembaga pesantren itu memndapat isi ajaran Islam.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sekurang-kurangnya mempunyai tiga cirri umum yaitu kyai sebagai figure sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri, masjid sebagai pusat kegiatan, adanya pendidikan dan pengajaran agama Islam melalui systempengajian kitab dengan metode wetonan, sorogan, dan musyawarah, yang sebagaian sekarang telah berkembang dengan system klasikal atau madrasah. Adapun cirri khususnya adalah adanya kepemimpinan yang kharismatik dan suasana keagamaan yang mendalam. Kemudian mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Maka tepatlah jika dikatakan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan pertama yang dikenal oleh umat Islam di Indonesia.
Pesantren merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarahdimana bila di runut kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran kkewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama atau da’i.
Pembangunan suatu pesantren di dorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian faktor guru yang memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi tumbuhnya suatu pesantren.2222(
2. Unsur-unsur Pesantren
Tegak berdirinya sebuah Pesantren sekurang-kurangnya harus didukung oleh lima unsure atau elemen yaitu adanya pondok, masjid, pengarang kitab-kitab klasik, santi, dan kyai. Kyai sebagai cikal bakal berdirinya pesantren. Karena terpanggil untuk berdakwah maka dia mendirikan masjid yang terkadang bermula dari mushalla. Jamaah semakin ramai dan yang tempat tinggalnya jauh ingin menetap bersama kyai, mereka itu disebut santri. Jika mereka yang bermukim di situ jumlahnya cukup banyak, maka perlu dibangunkan pondok atau asrama agar tidak mengganggu ketenangan mesjid serta keluarga kyai.
3. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
Dalam mekanisme kerjanya, sisitem yang ditampilkan pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sisitem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya,yaitu:
a. Memakai system tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan pesantren modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dengan kyai.
b. Kehidupan dipesantren menampakkan semangat demokrasi kerena mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler mereka.
c. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarka ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka hanya ingin mencarai keridhaan Allah SWT semata.
d. System pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup.
e. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintah, sehingga mereka hamper tidak dapat dikuasaioleh pemerintah.
Sementara yang menjadi cirri khas pesantren dan sekaligus menunjukkan unsure-unsur pondoknya, yang berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.
2. Perguruan Tinggi Islam
Umat Islam yang merupakan merupakan mayoritas penduduk Indonesia, selalu mencari berbagai gara untuk membangun system pendidikan Islam yang lengkap, mulai dari Pesantren yang sederhana sampai Perguruan tinggi.
Menurut Mahmud Yunus, Islamic college pertama telah telah didirikan dan dibuka dibawah pimpinannya sendiri pada tanggal 9 Desember 1940 di Padang Sumatera Barat. Lembaga tersebut terdiri dari dua fakultas, yaitu syariah/agama dan pendidikan serta Bahasa Arab. Tujuan yang ingin dicapai lembaga ini adalah untuk mendidik ulama-ulama.
Pada tahun 1945 tepatnya 8 Juli 1945 dengan bantuan pemerintah penduduk Jepang, di saat peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW didirikan sekolah tinggi Islam di Jakarta. Tujuan dari lembaga pendidikan tinggi ini pada mulanya adalah untuk mengeluarkan alim ulama yang intelek, yaitu mereka yang mempelajari ilmu agama Islam secara luas dan mendalam, serta mempunyai pengetahuan umum yang perlu dalam masyarakat modern sekarang.
Studi di lembaga ini berlangsung selama dua tahun sampai mencapai gelar sarjana muda, di tambah dua tahun lagi untuk mencapai semacam sarjana, dan setelah menulis tesis berhak mendapat gelar Doktor. Untuk kurikulum yang diajarkan kebanyakan mengambil atau memcontoh seperti yang diberlakukan pada Universitas Al Azhar Kairo.
Namun pada bulan Desember 1945, tatkala Jakarta diduduki dan dikuasai oleh pasukan sekutu di bawah pimpinan Jenderal cristianson, maka untuk sementara perguruan tinggi ini terpaksa ditutup. Dan baru tanggal 10 April 1946 perguruan tinggi ini dibuka kembali dengan mengambil tempat di Yogyakarta, yang dihadiri oleh perseden Soekarno, dengan sebuah pidato oleh Hatta sebagai ketua dewan penyantun.
Pada tanggal 22 Januari 1950 sejumlah pemimpin Islam dan para ulama juga mendirikan sebuah Universitas Islam Solo. Dan pada tahun 1950 itu juga fakultas agama yang semula ada di University Islam Indonesia Yogyakarta di serahkan kepemerintah yakni Kementrian Agama yang kemudian dijadikan perguruan tinggiAgama Islam Negeri (PTAIN) dengan PP Nomor 34 Tahun 1950, yang kemudiannya menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
IAIN ini bermula dengan dua bagian yaitu dua fakultas di Yogyakarta dan dua fakultas di Jakarta. Di kedua tempat ini, IAIN dengan cepat berkembang mulai sebuah Institut dengan 4 fakultas yang tiap fakultasnya kuliah selama 3 tahun
Setelah itu IAIN terus berkembang dan menyebar keberbagai daerah di Indonesia. Sampai sekarang jumlah IAIN untuk seluruh Indonesia sudah berjumlah 14 buah, yaitu:
1. IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. IAIN Syrif Hidayatullah Jakarta
3. IAIN Ar Raniry Banda Aceh
4. IAIN Sunan Ampel Surabaya
5. IAIN Alauddin Ujung Pandang
6. IAIN Raden Patah Palembang
7. IAIN Antasari Banjarmasin
8. IAIN Iman Bonjol Padang
9. IAIN Sunan Gunung Jati Bandung
10. IAIN Wlai Songo semarang
11. IAIN Summatera Utara Medan
12. IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi
13. IAIN Raden Intan Bandung
14. IAIN Sultan Syarif Qasim Pekanbaru.
IAIN-IAIN tersebut diatas dilengkapi dengan beberapa fakultas dilingkungannya serta tidak sedikit yang mempunyai fakultas cabang yang tersebar diberbagai daerah. Di antara IAIN tersebut juaga ada yang melaksananakan pendidikan yang lebih tinggi yaitu pada tingkat program pasca sarjana (S2), bahkan program Doktor (S3).
Disamping lembaga pendidikan tinggi negeri (IAIN) di lain perguruan tinggi Islam swasta pun juga berkembang pesat, terlebih lagi dengan diresmikannya lembaga pendidikan tinggi Islam ini dengan nama Koordinator Perguruan Tinggi Islam Swasta (KOPERTAIS) yang tersebabar diberbagai daerah di Indonesia.
Pentingnya Perguruan Tinggi Agama Islam
Manusia Indonesia pada umumnya dan khususnya umat Islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia agar mampu menghadpi masa depan haruslah dipersiapkan melalui pendidikan.
Masyarakat sangat mendambakan tersediannya banyak lapanagan kerja yang bisa menampung anak-anaknya setelah menyelesaikan sekolah atau kuliah. Karena dengan memperoleh pekerjaan berarti dapat menghasilkan output yang berguna sehingga diperolehnya pendapatan yang tinggi pula. Namun ironisnya banyak lembaga formal dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi telah menjadi komonitas atau kelompok tersendiri yang lepas dari masyarakat, hanya mementingkan status formal, ijazah, dan gelar bahkan dewasa ini banyak terjadi perdagangan gelaer dan ijazah. Lembaga pendidikan yang lepas dari kebutuhan masyarakat, hanya mementingkan status formal saja, maka akan tertinggal dalam memasuki pasar kerja di Era globalisasi.
Peningkatan Kualirtas Perguruan Tinggi Agama Islam
Perguruan tinggi Agama Islam sebagai salah satu lembaga pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Perguruan Tinggi Agama Islam sedikit per ada pembaharuan demi meningkatkatkan mutu pendidikan untuk memasuki pasar kerja di era global.
Oleh karena itu perlu di tingkatkan mutu pendidikan perguruan tinggi (UIN, IAIN, STAIN). Karena suatu masyarak modern tidak bisa terwujud tanpa adanya perguruan tinggi atau Universitas.


BABA III
PENUTUP
Simpulan
Pesantren merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarahdimana bila di runut kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran kkewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama atau da’i. Pembangunan suatu pesantren di dorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian faktor guru yang memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan akan sangat menentukan bagi tumbuhnya suatu pesantren.
Pada tahun 1945 tepatnya 8 Juli 1945 dengan bantuan pemerintah penduduk Jepang, di saat peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW didirikan sekolah tinggi Islam di Jakarta. Tujuan dari lembaga pendidikan tinggi ini pada mulanya adalah untuk mengeluarkan alim ulama yang intelek, yaitu mereka yang mempelajari ilmu agama Islam secara luas dan mendalam, serta mempunyai pengetahuan umum yang perlu dalam masyarakat modern sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama. 2005. RI REKONTRUKSI Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta.
Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
K Rukiati, Enung. 2006. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

ARTIKEL TERKAIT:

Post a Comment

Mari kasih komentar, kritik, dan saran. Jangan lupa juga isi buku tamunya. :D

NB: No Porn, No Sara', No women, No cry

Cari disini

Cerita² Enonk

#Pengunjung

Instagram